Buku PKN Kelas 2 SD

"Ketika lo mulai punya banyak musuh & terjerumus hal negatif, baca lagi buku PPKn lo waktu SD. disitu banyak arti kehidupan"

Melihat tweet-an dari @premangank itu, jiwa kepenulisanku langsung bangkit. Aku pun langsung mencari-cari buku PKN ku waktu SD, tepatnya kelas 2 SD. Membongkar kardus kardus lusuh gudang belakang rumah. Di tiap lembarnya aku menemukan bab mengenal kegiatan musyawarah, hak dan kewajiban, menghormati guru dan teman dan di sekolah, kejujuran dan kedisplinan. Benar kata om geng, aku menemukan arti kehidupan disini. Sontak, aku teringat Dea.


Aku sama Dea lagi ada masalah. Bahasa SD nya, lagi-musuhan. Bahasa SMP nya, lagi-kada-beteguran. Bahasa SMK nya, lagi-bediaman. Sebenarnya sudah berulang kali aku kayak gini sama Dea, tapi.... tapi untuk kali ini, ngena banget. Random abis.

Awalnya dari jalan santai, yang rutin dilaksanakan warga SMK Negeri 1 Samarinda setiap hari Jumat. AKu dipusingkan dengan hapalan surah Al- Baqarah dari Bu Camelia. Sambil berjalan menyusuri jalanan, aku komat-kamit merapalkan surah yang panjangnya sampai 3 juz itu. Alhamdulillah yah aku disuruhngapal yang ayat 177 aja. Tapi.. alamak, memakan satu lembar kertas, sama artinya pula. Dea cs gangguin anak kelas X, sebut saja ia Paijo. Sebut-saja-ia-Paijo itu anak kelas X entah-jurusan-apa-aku-pura-pura-ga-tau yang disukai sama Reni karena otak cemerlangnya.  Aku pun ikut menganggu anak itu, buat seru-seruan. Eh ternyata dia malah menjauh (yaiyalaaaahhh). Ilfeel sama kami. Aku pun kembali ke rutinitasku semula. 

Selang beberapa menit kemudian, karena aku  semakin pusing dengan hapalanku yang dari tadi ogah nemplok di kepala, sontak aku menegur Dina, Dea, Chintya, dan Eka yang lagi tertawa ngakak. Aku kira mereka masih godain sebut-saja-ia-paijo. Ternyata enggak! Dea pun marah, dan gak mau menegurku lagi sampai detik ini.

Ku tanya sama teman-teman semua.Jeng jeng. Tetapi mereka bilang tidak tau. Sayang... mungkin diriku sudah tertipu.. na na na na. Eh gak ding, ehem hampir sama kayak lirik lagu Ayu Ting-Ting di atas. Aku tanya sama teman-teman semua, mereka cuma bilang sabar Chaaaa. Dina bilang kalau Dea marah banget sama aku. Karena ucapanku yang "malu aku eh temanan sama Dea nih, hahahaha", yang kuucapkan semata-mata hanya bercanda.

Tapi sayangnya, Dea sudah keburu merumuskan ucapanku itu sebagai ucapan SERIUS.

Masalah ini kecil, tapi besar dampaknya. Aku ngaku aku salah, aku gak bisa menertibkan mulutku sendiri. Tapi sumpah, itu cuma bercanda. Coba bayangkan aja, sekesal-kesalnya kita sama orang, apa kita berani mengungkapkannya langsung di hadapannya? Apalagi kalau orang itu sahabat kita. Minimal ya ngomongin di belakang. Kebiasaan yang sebenarnya buruk.

Aku mencoba untuk minta maaf. Tapi mukanya itu lohhh..... sukses membuatku mundur. Bener kata Chintya, mukanya Dea sinis. Aku menyadarinya tadi pagi, saat aku  baru datang, pas Dea ngeliat aku, mukanya langsung sinis, trus balik badan. Padahal awalnya ketawa-ketiwi.
Aku yang melankolis a.k.a cengeng ini, langsung berurai air mata (oke, ini cukup lebay). Dia gak mau liat aku, dia benci kehadiranku. Dia nutup pintu pembatas antara kelas XI AP 1 dan XI AP 2 dengan keras begitu ngeliat ada aku. Sampai-sampai sapu yang disandarkan di pintu, jatuh mengenai tubuhku ini. Gak sakit sih, tapi nyesek di dada.

Seberapa besar salahku ke dia? Bukan berarti aku mencantumkan namaku sebagai korban dengan pertanyaan itu. Aku tersangka. Jika tersangka harus dihukum, aku gak cukup kuat untuk menghadapi hukuman ini. Permusuhan ini adalah hukuman. Mungkin aku harus mengajukan banding. Memilih hukuman mati aja.

Sampai sekarang, aku belum bisa menakar seberapa berat dosaku (oke, ini juga lebay) ke dia. Aku jadi ingat Nina. Dulu, di November 2010, aku musuhan sama Nina gara-gara nasi kuning. Aku meminta maaf sama dia, mulai dari memeluknya di depan kelas, ngajak ngobrol pas jalan santai. Tapi tetap aja mendapat reaksi yang sama. Gak pernah diheranin. Ya, sekarang udah baikan sih, dengan melakukan hal-hal memalukan. Itu yang membuatku urung untuk minta maaf sama Dea. Apalagi sifat Dea yang keras begitu. Aku punya bakat dimusuhin orang kali ya.

Mungkin aku harus rajin-rajin membaca buku PKN kelas 2 SD lagi. Mendalaminya, memahaminya, menerapkannya. Agar aku gak cengeng menyesali keadaan kayak gini. Agar aku bisa dewasa, sedewasa anak kelas 2 SD yang tertawa ceria di segala kondisi.

Tapi, sejujurnya, aku pengen baca buku PKN kelas 2 SD sama-sama Dea.


:'''''''

You Might Also Like

0 komentar