Kakak Pipi Towel

Hari-hariku di NCC  mulai membinal lagi sejak bangunnya Kak Maya dari cuti lumayan panjangnya.

Siang tadi aku, eh mereka, yang terdiri dari Kak Maya dan Kak Muti, sukses bikin aura onengku keluar. Pas aku ke ruang Kak Maya buat nanya nota user, dia nanya-nanya ke aku dengan gaya sengak, aku sih cuma ketawa aja. Kak Muti yg duduk di depannya juga ikut-ikutan sengak, persis kayak kakak kelas yang ngebully adek kelas. Trus aku nanya soal nota ga diheranin, malahan mereka berdua asik ngobrol,

"Eh Ira kayak apa ya kakaknya Ira tu? Udah melahirkan lah?"

"Ini aku lg smsan sama Ira."

"Kak ini punya user sekalinya pernah masuk kak dealer nah jad--"

"May kamu makan kah May? Ayo sudah." kata Kak Muti sambil ngeliatin aku.

"Ayo sudah aku bawa bekal juga."

"Kakkkkkk ini gimana kak nota?"

"Kenapa Cha kenapa hah kenapa dia sih Mut?" 

"Gatau tu, coba jelasin ke Maya Cha." 


Perasaan udah ku jelasin daritadi, ngomong dalam hati aja sih aku. Nah tetap ku jelasin lagi ke Kak Maya lok, eh malah Kak Maya ngebahasnya...

"Cha, Zai itu tu datang ke nikahanku sama cewek loh. Yang dia bilang sama kamu dia tidur itu tu dia datang Cha manaada tidur."

"Iya Cha aku liat, ku kira itu temannya Maya lok sekalinya Maya ga kenal, cantik Cha pake dress, dewasa gitu orangnya."

"Ah ga percaya aku Kak."

"Ihhh May coba kamu liatkan buku tamumu May!"

"Ada Cha di buku tamuku Zai dan siapaaaa gitu."

"Iyakah? Eh Kak trus namanya siapa?"

"Mana kenalan aku sama dia."

"Ra-rambutnya Kak? Kayak gimana rambutnya? Beponi ga?"

"Dia rambutnya dibelakangkan gitu dewasa Cha, gak oon kayak kamu."

"Hooo berarti bukan, soalnya dia suka cewe beponi Kak."

"Dia pake bando, mungkin kalo ga pake dia ponian."

Refleks tediam. Antara mau percaya atau enggak.

"Pantesan mamanya gatau dia pacaran sama kamu, dia tu takut bilang Cha nanti dikira mamanya dia selingkuh, padahal kamu yg diselingkuhi."

"Makanya dia cuek kan, soalnya dia itu perhatian sama kamu kalo dia lagi kelahian sama cewenya."

Thanksss Kak Muti dan Kak Maya sudah bikin saya nyesek, batinku dalam hati.

Aku pun senyum-senyum nahan air asin dari mata trus ngelanjutin nanya soal nota, trus kembali ke userku. Kelar bikin tanda terima dan usernya pulang, aku langsung telpon Zai, nanyain soal itu.

"Iya." jawabnya di seberang telpon. Datar.

"Beneran?"

"Ya enggaklah! Kamu ni mau aja dibunguli."

"Ihhhh habisnya mereka itu nah meyakinkan betul mukanya! Aaaaa gak bener kan itu?"

"Heh anak ini heh polos betul." 

"Ohahaha yaudah deh dadaaahhh."

Gak lama setelah aku nutup telpon, Kak Maya dan Kak Muti kucuk-kucuk datang ke tempat dudukku.

"Coba liat ym mu! Ini sudah cewek yang datang sama Zai! Mancung kan!" Kak Maya berkoar-koar


"Ah manaada, cantik gitu kayak artis Kak mana mungkin Kak."

"Iya ini Cha! Liati rumahnya, manaada rumah artis tu kayak gini! May May liati May gak percaya dia May!"

"Hehhh anda ya! Telpon Zai nya coba kamu tanyai!"

Aku nurut. Ku telpon Zai (lagi!) dan bubuhannya ngerubungi aku trus bubuhannya ketawa ngakak. Yap bisa ditebak si Zai bilang "Iya bawa cewek aku, hahaha ya enggak lah orang aku tidur" sambill ngehina dina aku huhu. So mereka itu bohongin aku aja, itu poto dapat dari internet huhuhu ah Icha onengggg -_-

Oh iya, aku ada ketemu sama kakak kelasku waktu SMK, namanya Kak Robby. Beliau (?!) bukan sembarang kakak kelas, bukan karena dia berdarah biru, bukan juga karena dia sakti mandraguna, tapi karena dulu dia adalah kakak kelas yang paling aku keselin, hhhhhh kesel banget banget banget. Beliau, eh, dia, dia itu kakak OSIS, dan punya jabatan yang cukup tinggi di OSIS, ketua PK kah kalau gak salah lupa juga aku, nah PK itu aku lupa kepanjangannya apa. Waktu dia kelas 3, aku kelas satu. Nah pas MOS, dia adalah orang yang paling susah dimintain tanda tangannya dan bikin anak-anak MOS pada males minta tanda tangannya. Tapi aku sama Nina gak gentar, sekaligus penasaran juga sih apa sih yang bikin susah minta tanda tangannya. Maka di hari itu, kalau gak salah pas hari kedua MOS, aku sama Nina ngedatangin Kak Robby yang lagi dikerubuti sama anak-anak MOS dan kakak-kakak OSIS. Sumpahhhh kami berdiri gitu kayak ngantri sembako huhu. Biar gak bosan, aku sama Nina ceritaan sampe tengakak ngakak. Eh trus pas udah rada sepian gitu kami langsung nyodorin buku buat ditandatangani. Ehhhhhh kami malah disuruh ngipasin dia. Oke kami nurut. Kami kembali nyodorin buku sambil ngerengek minta tanda tangan, eh malah...

"Heh kalian berdua! Tembak dia!" 

Tau-tau Kak Robby langsung nunjuk dua anak yang baru datang trus nunjuk aku.

"Eh yang itu tu, tembak ini!" 

Kak Robby nunjuk salah satu dari dua anak cowok itu, dia nunjuk yang gendut. Aku lirik-lirikan sama Nina, cengo abis. Teman-teman Kak Robby pada ketawaan trus pada megang handycam gitu seingatku.

"Ayo, kok pada diam? Mau dapat tanda tangan saya enggak?" bentak Kak Robby

Sumpah hehhhhh gedek banget sama Kak Robby! Waktu itu aku gak mau sih, si anak MOS itu juga gak mau, nyesel deh kenapa minta tanda tangannya segala coba ga usah. Tapi karena udah kepalang basah yaudah, sampe Kak Robby tu nyuruh anak itu berlutut huhu dan kalau ga salah dia disuruh megang tanganku.

"Yaudah aku mau,"

"Yang ikhlas jawabnya!" bentak Kak Robby, gak ngelupain gaya sengaknya.

"Iya aku mau." aku langsung ngelepas genggaman tangan anak gendut itu.

Ketawa Kak Robby dan teman-temannya membahana. Aku keselllllllllll banget, aku megangin tangan Nina keras-keras.

Nina pun gak lepas dari jeratan penyiksaan Kak Robby. Dia ditembak juga, ditembak sama temannya yang gendut itu, ganteng eh temannya itu aaaaa trus gak pake dibentak juga dia sama Kak Robby huaaaaa.

Kekesalanku sama Kak Robby masih berlanjut walaupun MOS udah selesai. Tiap Kak Robby lewat depan kelas, bawaannya kesel pengen ngedumel, pengen nabok. Kalau ketemu di jalan bawaannya pengen nyolokkin matanya pake kaca spion. Intinya aku masih dendam sama Kakaknya itu, gatau deh kalau Nina masih dendam atau enggak, tapi keliatannya enggak sih soalnya dia gak sekesal aku. Waktu itu kan aku akrab sama teman sekelasnya Nina, anak-anak AP 1, nah mereka itu ngolokkin aku kalau ada Kak Robby. Parahnya, pernah juga aku disangka adeknya Kak Robby sama kakak teater, alasannya...

"Habis kalian mirip sih, sama-sama pipi burit."

Asem kutu kupret. Kekesalanku sama Kak Robby semakin mendalam sampe kelas tiga. 

Sampe akhirnya gak ada angin gak ada hujan aku ketemu dia, jadi userku.

Awalnya sih rada-rada gak yakin juga itu Kak Robby, potongan rambutnya rada berubah, lebih gondrong sekarang. Hitam pekatnya kayak ter mah tetep. Iya, emang bener Kak Robby sih itu.

Aku komat kamit merapal doa dalam hati, berharap Kak Robby gak jadi userku, jadi usernya Kak Indra aja gitu kek. Eeeh sekalinya Tuhan baik banget sama aku, dijadikannya Kak Robby sebagai userku. Dia ngambilkan hape temannya ternyata. Dia cerita kalau pas tanggal merah kemaren dia kesini. Trus ternyata dia masih inget sama aku, adek kelasnya yang dia kerjain waktu MOS. Gak lama aku nanya soal video itu, video waktu MOS. Masih dengan logat bugisnya yang kayak dulu, dia ngejawab,

"Hahahahahaa iya ada De, banyak tuh. Tapi udah gak ada di laptopku, keformat laptopku. Ada mukamu sama temanmu siapa tu yang item-item manis itu? Nin-Nina ya?"

"Huaaaaa!!!!! Iss Kakak jahat betul waktu itu, pake direkam segala lagi!!!" 

"Yaaa namanya juga buat seru-seruan De. Eh tapi kamu kurusan ya? Perasaan dulu pipinya kayak gini." Kak Robby men-setengahkan kedua kepalan tangannya,  trus ditaroh di pipinya, yang juga kurusan itu.

Aku cuma bisa manyun.

Seketika suasana mendadak cair. Ngobrol-ngobrol sih dia kuliah dimana, dia bilang dia kuliah di Universitas Mulawarman, ambil Ilmu Komunikasi. Ada ketemu Roro Mira, teman waktu SMK-ku teman sekelasnya Nina.

Kelar dengan urusan hapenya, yang lebih banyak urusan protes soal MOS yang sok galak dari Kak Robby dan anak-anak PK lain, Kak Robby pun pulang. Eh sebelum dia pulang, dia ngulurin tangannya,

"Salaman De, biar gak slek. " katanya dengan tampang yang udah gak sok cool perangutan kayak dulu, tapi malah senyam senyum bijak ala Mario Teguh Golden Ways.

Spontan kubalas uluran tangannya sambil keheranan.

Kak Robby pun pulang. Kegedekanku sama dia pun ikut berpulang, malah jadinya ketawa-ketawa gak jelas. Ketawain diri sendiriku sih, karena aku malah jadi kangen sama masa-masa MOS itu. Kangen dengan rasa kesel sama kakak-kakak kelasnya yang galak, dengan kakak-kakak kelasnya yang cakep-cakep cantik-cantik, dengan kepolosan sebagai adek kelas.

Masa putih abu-abu emang ngangenin yah.














You Might Also Like

0 komentar